Damai yang Hilang, Damai yang Kembali
Setelah dua puluh satu tahun meniti hari di kota bernoda, kini aku memilih untuk menyepi, merehatkan jiwa, menghitung detik yang masih bersisa. Di sinilah aku akan kekal, di bumi yang sering dipandang mundur, namun menyimpan damai yang tak terucap. Betapa mahal harga sebuah pagi, saat dibangunkan oleh kokokan ayam, disambut kicauan burung, dipeluk sejuk bayu laut, dan disimbah cahaya fajar yang bening. Semua ini, lebih bererti daripada kembali melangkah ke kota yang hilang sukmanya.